Peran
gender terdapat beberapa peran antara perempuan dan laki-laki. Pada dasarnya
laki-laki bisa memiliki rasa peran yang di lakukan oleh seorang perempuan.
Gender menurut Heddy Shri Ahimsha Putra (2000) menegasakan bahwa istilah
Gender dapat dibedakan ke dalam beberapa pengertian berikut ini: Gender sebagai
suatu istilah asing dengan makna tertentu, Gender sebagai suatu fenomena sosial
budaya, Gender sebagai suatu kesadaran sosial, Gender sebagai suatu persoalan
sosial budaya, Gender sebagai sebuah konsep untuk analisis, Gender sebagai
sebuah perspektif untuk memandang kenyataan.
Dalam
keluarga di Indonesia pada umumnya, orangtua atau lingkungan, secara langsung
maupun tidak langsung telah mensosialisasikan peran anak laki-laki dan
perempuannya secara berbeda. Anak laki-laki diminta membantu orang tua dalam
hal-hal tertentu saja, bahkan seringkali diberi kebebasan untuk bermain dan
tidak dibebani tanggung jawab tertentu. Anak perempuan sebaliknya diberi
tanggung jawab untuk membantu pekerjaan yang menyangkut urusan rumah
(membersihkan rumah, memasak, dan mencuci).
Peran gender
terbentuk melalui berbagai sistem nilai termasuk nilai-nilai adat, pendidikan,
agama, politik, ekonomi, dan sebagainya. Sebagai hasil bentukan sosial, peran
gender dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda
sehingga peran laki-laki dan perempuan mungkin dapat dipertukarkan.
Mengurus anak, mencari nafkah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga (memasak,
mencuci, dan lain-lain) adalah peran yang bisa dilakukan oleh laki-laki
maupun perempuan, sehingga bisa bertukar tempat
tanpa menyalahi kodrat.
Pemikiran seperti
ini umumnya muncul terutama pada kelompok
masyarakat yang masih menganggap bahwa sudah kodratnya perempuan untuk
melakukan pekerjaan di dapur. Kita perlu ingat bahwa bukan kodratnya
perempuan untuk masuk dapur, karena
kegiatan memasak di dapur tidak ada kaitannya dengan
ciri-ciri biologis yang ada pada perempuan. Kegiatan memasak
di dapur (atau kegiatan rumah tangga lainnya)
adalah suatu bentuk pilihan pekerjaan dari sekian banyak jenis pekerjaan yang
bisa dilakukan oleh perempuan ataupun laki-laki (misalnya
guru, dokter, pegawai negeri, sopir, pedagang, dan lainnya).
Selain itu, terminologi kesetaraan
gender seringkali disalahartikan dengan mengambil alih pekerjaan dan
tanggung jawab laki-laki. Misalnya bekerja untuk mengangkat barang-barang yang
berat, mengganti atap rumah, menjadi nelayan atau berburu di hutan dan lainnya.
Peranan laki-laki dalam konstruksi sosial
masyarakat tidak bisa dilepaskan dari sebuah status yang melekat dalam diri
laki-laki tersebut. Status sendiri diartikan sebagai tempat atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial. Peranan laki-laki, sesuai dengan
konstruksi gender yang berlaku di masyarakat merupakan sebuah status yang
diberikan oleh masyarakat atau assigned-status. Hal ini terjadi karena
masyarakat, sebagai pemberi peran mengharapkan laki-laki sebagai seseorang yang
mampu mengayomi keluarga, pemberi nafkah, dan sebagai pemimpin. Sebaliknya
terjadi pada perempuan, yang diharapkan masyarakat sebagai seorang pengasuh
anak, ibu rumah tangga dan pelayan suami yang baik.
Artikel kami menunjukkan bahwa gender dapat memiliki
arti bertukar peran antara laki-laki dan perempuan. Artikel kami memiliki
sebuah contoh gender yang terdapat di lingkungan sekitar. Beliau adalah seorang
kepala keluarga yang bekerja sebagai pembersih jalan atau
dikenal sebagai Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) tiap pagi dan tiap
hari beliau bekerja beliau saat ini berusia 34, dan istri hanya ibu rumah
tangga yang mengurus anak beliau yang sudah beranjak umur 5th. Di samping itu
ketika beliau bekerja tiap hari , istri beliau bekerja sebagai penggulung
perban yang mengambil bahan di rumah sakit yang kemudian di kerjakan di rumah.
Anak beliau sekarang masih sekolah TK. beliau di tempat kerja mulai membersihkan
jalan jam 05.00 pagi sampai jam 07.00 pagi. Lokasi beliau membersihkan di
lingkungan sekitar dukuh kupang.
Pada
pukul jam 9 siang beliau membersihkan daerah darmo satelit indah selesai,
walaupun panas hujan beliau terjang demi anak istri dirumah meskipun. Badan
terasa lelah dan lapar tetapi beliau menahan rasa lapar, memang begitu berat
pekerjaan tetapi beliau jalani dengan sabar. Sebelum beliau bekerja di Dinas
Kebersihan Ruang Terbuka Hijau beliau berjualan makanan di terminal joyoboyo
setiap malam dan pulang subuh, terkadang anak beliau yang bernama fatir ikut
menemani saya berjualan.
Ketika
pada saat jam 12.00 siang pembersihan
terakhir , jam siang terkadang beliau bercerita memiliki rasa emosi sempat
ketika pengendara membuang sampah sembarangan
di tengah jalan. Setelah jam 14.00 siang beliau absen pulang yang berada di
kantor Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau di tanjung sari yang harus dilakukan
inilah pekerjaan beliau setiap hari. Jika beliau sempat ada waktu setelah
mengerjakan pekerjaan nya, beliau pun pulang ke rumah untuk mengurus anaknya
untuk memandikan anaknya kemudian beliau mengantarkan anaknya mengaji.
Sumber: femalearticle.blogspot.com
Penulis: Erni
Sumber: femalearticle.blogspot.com
Penulis: Erni