Kamis, 12 Oktober 2017

Gender dan Gangguan Identitas Gender




Istilah “gender” yang berasal dari bahasa Inggris yang di dalam kamus tidak secara jelas dibedakan pengertian kata sex dan gender dengan memahami konsep gender, perlu dibedakan antara kata sex dan kata gender. Sex adalah perbedaan jenis kelamin secara biologis sedangkan gender perbedaan jenis kelamin berdasarkan konstruksi sosial atau konstruksi masyarakat) adanya kaitan dengan pengertian gender ini, menurut Astiti menemukan bahwa gender adalah hubungan laki-laki dan perempuan secara sosial. Gangguan Identitas Genderadalah Terdapat sejumlah teori yang menjelaskan pembentukan identitas gender pada setiap individu, diantaranya adalah teori pembelajaran sosial dan teori perkemb 
Blog kami ini menjelaskan arti makna dari gender dan gangguan identitas gender dalam lingkungan manusia dengan menurut para ahli yang berbeda.

berkembang karena hilangnya peran ayah atau sosok laki-laki dari anak laki-laki, dan hilangnya peran ibu atau sosok wanita dari anak perempuan. Sosok ayah dan ibu terutama menjadi penting pada saat anak dari jenis kelamin yang sama berada pada masa mencotoh peran gender masing-masing kelamin, jika kita mengarah pada teori Freud, yaitu pada usia 4-5 atau 6 tahun, yang disebut oleh Freud sebagai fase phalic. Anak laki-laki yang terlalu dekat dengan ibu, dan jauh dari ayah atau, ayah yang terlalu keras, dan tidak ada sosok pria lainnya seperti paman atau kakek, akan menyebabkan anak meniru peran ibu dan akhirnya menerapkan peran tersebut dalam dirinya. Hal yang sama terjadi juga pada anak perempuan, yang berbeda adalah anak perempuan yang mengalami gangguan identitas gender adalah perempuan yang meniru peran ayah.


x

Kami menemukan bahwa menurut para ilmuan gender memiliki pengertian yang berbeda, seperti :

Heddy Shri Ahimsha Putra (2000) menegasakan bahwa istilah Gender dapat dibedakan ke dalam beberapa pengertian berikut ini: Gender sebagai suatu istilah asing dengan makna tertentu, Gender sebagai suatu fenomena sosial budaya, Gender sebagai suatu kesadaran sosial, Gender sebagai suatu persoalan sosial budaya, Gender sebagai sebuah konsep untuk analisis, Gender sebagai sebuah perspektif untuk memandang kenyataan.




Epistimologi penelitian Gender secara garis besar bertitik tolak pada paradigma feminisme yang mengikuti dua teori yaitu; fungsionalisme struktural dan konflik. Aliran fungsionalisme struktural tersebut berangkat dari asumsi bahwa suatu masyarakat terdiri atas berbagai bagian yang saling mempengaruhi. Teori tersebut mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam masyarakat. Teori fungsionalis dan sosiologi secara inhern bersifat konservatif dapat dihubungkan dengan karya-karya August Comte (1798-1857), Herbart Spincer (1820-1930), dan masih banyak para ilmuwan yang lain. 


Dalam buku Sex and Gender yang ditulis oleh Hilary M. Lips mengartikan Gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Misalnya; perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciridari sifat itu merupakan sifat yang dapat dipertukarkan, misalnya ada laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain (Mansour Fakih 1999: 8-9).

Pengertian gender yang lebih kongkrit dan lebih operasional ditemukakan oleh Nasarudin Umar bahwa gender adalah konsep kultural yang digunakan untuk memberi identifikasi perbedaan dalam hal peran, perilaku dan lain-lain antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di dalam masyarakat yang didasarkan pada rekayasa sosial (Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, Jakarta : Paramadina, 2001,h.35). Menurut Nasarudin Umar menjelaskan bahwa penentuan peran gender dalam berbagai sistem masyarakat, kebanyakan merujuk kepada tinjauan biologis atau jenis kelamin. Masyarakat selalu berlandaskan pada diferensiasi spesies antara laki-laki dan perempuan. Organ tubuh yang dimiliki oleh perempuan sangat berperan pada pertumbuhan kematangan emosional dan berpikirnya. Perempuan cenderung tingkat emosionalnya agak lambat. Sementara laki-laki yang mampu memproduksi dalam dirinya hormon testosterone membuat ia lebih agresif dan lebih obyektif. 


Gangguan identitas gender merupakan gangguan yang mana penderitanya merasa jika dirinya adalah pria atau wanita, terjadi konflik aantara identitas gender nya dengan anatomi gendernya. Identitas jenis kelamin disini adalah kondisi psikologi yang mana mencerminkan perasaan dari dalam diri seseorang entah itu sebagai laki-laki ataupun wanita. Identitas gender ini adalah refleksi dari dalam diri seseorang yang mana berkaitan dengan keberadaan dirinya, entah itu sebagai pria ataupun wanita. Sehingga identitas jenis kelamin atau gender identity adalah berkaitan dengan sikap, perilaku, serta atribut lainnya yang penentuannya dilakukan secara kultural baik itu maskulinitas ataupun feminitas.

kami menemukan menurut para ilmuan gangguan identitas gender,seperti :

Menurut Nevid Gangguan identitas gender adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah seorang pria atau wanita, dimana terjadi konflik antara anatomi gender seseorang dengan identitas gendernya.

Menurut Green & Blanchard, 1995Gangguan identitas gender bermula di masa kanak-kanak hal itu dihubungkan dengan banyaknya perilaku lintas-gender, seperti berpakaian seperti lawan jenisnya, lebih suka bermain dengan teman-teman dari lawan jenis, dan melakukan permainan yang secara umum dianggap sebagai permainan lawan jenisnya. Gangguan identitas gender pada anak-anak biasanya teramati oleh orang tua ketika si anak berusia antara 2-4 tahun.

Hubungan antara gender dan gangguan identitas gender :

Bahwa dalam faktor biologis seperti orang-orang yang mengalami gangguan identitas gender (GIG), yang kadang disebut juga sebagai transeksual, merasa bahwa jauh di dalam dirinya, biasanya sejak awal masa kanak-kanak, mereka adalah orang yang berjenis kelamin berbeda dengan dirinya saat ini. Mereka tidak menyukai pakaian dan aktifitas yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Bukti-bukti anatomi mereka ( alat kelamin primer, alat kelamin sekunder ) tidak membuat mereka merasa bahwa mereka adalah orang dengan gender yang dilihat orang lain pada mereka. Dengan kata lain orang dengan gangguan identitas gender merasa ia adalah perempuan walaupun secara fisik adalah laki-laki dan begitu juga sebaliknya. Sehingga penderita gangguan ini tidak dapat berperilaku sesuai dengan gendernya, khususnya dalam perilaku seksual. Diagnosis gangguan identitas gender diberikan baik pada anak-anak maupun orang dewasa yang mempersepsikan diri mereka secara psikologis sebagai anggota dari gender yang berlawanan dan yang secara terus-menerus menunjukkan ketidaknyamanan terhadap anatomi gender mereka sendiri. Pria memiliki kecenderungan yang lebih banyak untuk melakukan perubahan gender, seperti 4:1, tetapi secara umum hasilnya lebih banyak disukai untuk kasus wanita menjadi pria.

Menurut Sigmund Freud, bapak psikoanalisa berpendapat bahwa gangguan ini 

Pembahasan tentang gender termasuk kesetaraan dan keadilan gender dikenal adanya 2 aliran atau teori yaitu teori nurture, teori nature dan teori equil yaitu :

1.  Teori Nurture adanya perbedaan perempuan dan laki – laki adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. sehingga wanita selalu tertinggal da dianggap dibawah laki-laki.
2. Teori Nature adanya pembedaan laki – laki dan perempuan adalah kodrat, sehingga harus diterima. seperti perbedaan biologis dimana laki- laki dan perempuan memiliki jenis kelamin yang berbeda , begitu pula memiliki peran dan tugas yang berbeda.

3.  Teori Equil adanya perbedaan karena biologis, naluri, dan sosial budaya. dan juga memerlukan kerjasama saling melengkapi dalam kemitraan yang harmonis.

Ciri-ciri orang yang mengalami gangguan identitas gender atau transseksualisme dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (1993) yaitu :

a.  Memiliki hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya.
b.  Memiliki perasaan tidak enak atau tidak sesuai dengan anatomi seksualnya.
c.  Menginginkan untuk memperoleh terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.

Faktor-faktor penyebab gangguan identitas gender, antara lain :

1. Sudut Pandang Biologis ; Faktor hormon seksual yang mempengaruhi neuron otak dan berkontribusi terhadap maskulinisasi atau feminisasi otak yang terjadi pada area hipotalamus.
2.   Sudut Pandang Psikososial ; Mengembangkan identitas gender selaras dengan apa yang diajarkan pada mereka selama masa pengasuhan; dipengaruhi oleh interaksi, temperamen anak, kualitas, dan sikap orang tua.

Penanganan untuk gangguan identitas gender yang disarankan :

1.  Operasi Pergantian Jenis Kelamin : Alat genital diubah untuk dibuat menyerupai alat genital lawan jenis yang diinginkan (Davidson & Neale, 2001).
2.  Terapi Hormon : Pemberian hormon untuk memunculkan tanda-tanda kelamin sekunder dari jenis kelamin yang diinginkan.

1.  Terapi Gangguan Identitas Gender

1.   1. Perubahan Tubuh

Orang yang mengalami GIG yang mengikuti program yang mencakup perubahan tubuh umumnya diminta untuk menjalani psikoterapi selama 6 hingga 12 bulan dan hidup sesuai gender yang diinginkan (harry Benjamin Internasional Gender Dysphoria Assosiation, 1998). Terapi umumnya tidak hanya memfokuskan pada kecemasan dan depresi yang mungkin dialami orang yang bersangkutan, namun juga pada berbagai pilihan yang ada untuk mengubah tubuhnya. Banyak transeksual juga mengonsumsi hormone agar tubuh mereka secara fisik lebih mendekati keyakinan mereka tentang gender mereka. Banyak yang mengalami gangguan identitas gender tidak menggunakan metode yang lebih jauh dari itu, namun beberapa orang mengambil langkah tambahan dengan menjalani operasi perubahan kelamin.


1.   2. Operasi perubahan kelamin

Operasi perubahan kelamin adalah operasi yang mengubah alat kelamin yang ada agar lebih sama dengan kelamin lawan jenis. Dalam operasi perubahan kelamin laki-laki ke perempuan, alat kelamin laki-laki hampir seluruhnya di buang dan beberapa jaringan dipertahankan untuk membentuk vagina buatan. Minimal setahun sebelum operasi, berbagai hormone perempuan dikonsumsi untuk memulai proses perubahan tubuh. Sebagian besar transeksual laki-laki ke perempuan harus menjalani elektrolisis yang ekstensif dan mahal untuk menghilangkan bulu-bulu di wajah dan tubuh dan mendapatkan pelatihan untuk menaikkan nada suara mereka, hingga hormone-hormon perempuan yang dikonsumsi membuat bulu-bulu tidak lagi tumbuh dan suaranya menjadi kurang maskulin. Operasi kelamin itu sendiri biasanya tidak dilakukan sebelum berakirnya masa uji coba selama satu atau dua tahun. Hubungan seks heteroseksual konvensional dimungkinkan bagi transeksual laki-laki ke perempuan, meskipun kehamilan tidak akan mungkin terjadi karena alat kelamin bagian luar di ubah.


Proses perubahan kelamin perempuan ke laki-laki dalam beberapa hal lebih sulit, namun, dalam beberapa hal lain lebih mudah. Di satu sisi, penis yang di buat melalui operasi berukuran kecil dan tidak mengalami ereksi normal sehingga dibutuhkan alat bantu buatan untuk melakukan hubungan seksual konvensional. Di sisi lain, lebih sedikit penanganan kosmetik lanjutan yang diperlukan di banding pada transeksual laki-laki ke perempuan karena hormon laki-laki yang yang di konsumsi perempuan yang ingin berubah gender secara drastic mengubah distribusi lemak dan menstimulasi pertumbuhan bulu-bulu di wajah dan tubuh. Operasi perubahan kelamin merupakan pilihan yang sering kali diambil oleh laki-laki daripada perempuan.


3. Perubahan gender identitas

Operasi da pemberian hormone sebelumnya dianggap sebagai satu-satunya penanganan yang dimungkinkan untuk gangguan identitas gender karena berbagai upaya psikologis untuk mengubah identitas gender secara konsisten mengalami kegagalan. Identitas gender diasumsikan tertanam terlalu dalam utuk diubah. Sejumlah kecil prosedur mengubah identitas gender melalui terapi perilaku yang tampaknya berhasil. Para peneliti mengatakan, para klien mereka kemungkinan berbeda dari orang-orang lain yang mengalami GIG karena mereka bersedia berpartisipasi dalam program terapi yang bertujuan mengubah identitas gender. Sebagian besar transeksual menolak penanganan itu. Bagi mereka mengubah tubuh mereka secara fisik merupakan satu-satunya tujuan yang diinginkan. Namun, jika tidak terdapat pilihan operasi, akan lebih banyaklah tenaga professional yang dikeluarkan untuk mengembangkan prosedur psikologis yang mengubah identitas gender.

Penderita gangguan identitas gender mereka akan mencari pertolongan pakar psikologis yang baik untuk membantu mereka mengatasi kesulitan hidup dalam sebuah tubuh yang menimbulkan perasaan tidak nyaman ataupun untuk membantu mereka melewati suatu peralihan jenis kelamin. Beberapa penderita mungkin puas dengan perubahan peranan jenis kelamin mereka tanpa harus melakukan pembedahan; dengan bekerja, tinggal dan berpakaian seperti lawan jenisnya didalam pergaulan. Mereka merubah penampilan luar mereka, meminum obat-obat hormonal, dan memperoleh identitas yang memperkuat perubahannya, tanpa perlu melakukan pembedahan yang mahal dan beresiko.

Daftar Rujukan :

https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Gender+Identity+Disorder

0 komentar:

Posting Komentar