Kamis, 19 Oktober 2017

Pejuang Peran Gender Seorang Laki-Laki





Peran gender terdapat beberapa peran antara perempuan dan laki-laki. Pada dasarnya laki-laki bisa memiliki rasa peran yang di lakukan oleh seorang perempuan. Gender menurut Heddy Shri Ahimsha Putra (2000) menegasakan bahwa istilah Gender dapat dibedakan ke dalam beberapa pengertian berikut ini: Gender sebagai suatu istilah asing dengan makna tertentu, Gender sebagai suatu fenomena sosial budaya, Gender sebagai suatu kesadaran sosial, Gender sebagai suatu persoalan sosial budaya, Gender sebagai sebuah konsep untuk analisis, Gender sebagai sebuah perspektif untuk memandang kenyataan.

Dalam keluarga di Indonesia pada umumnya, orangtua atau lingkungan, secara langsung maupun tidak langsung telah mensosialisasikan peran anak laki-laki dan perempuannya secara berbeda. Anak laki-laki diminta membantu orang tua dalam hal-hal tertentu saja, bahkan seringkali diberi kebebasan untuk bermain dan tidak dibebani tanggung jawab tertentu. Anak perempuan sebaliknya diberi tanggung jawab untuk membantu pekerjaan yang menyangkut urusan rumah (membersihkan rumah, memasak, dan mencuci).

Peran gender terbentuk melalui berbagai sistem nilai termasuk nilai-nilai adat, pendidikan, agama, politik, ekonomi, dan sebagainya. Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan perempuan mungkin dapat dipertukarkan.  Mengurus anak, mencari nafkah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci, dan lain-lain) adalah peran yang bisa dilakukan oleh laki-laki maupun  perempuan,  sehingga  bisa  bertukar  tempat tanpa  menyalahi kodrat. 

Pemikiran  seperti  ini  umumnya  muncul  terutama  pada  kelompok masyarakat yang masih menganggap bahwa sudah kodratnya perempuan untuk melakukan pekerjaan di dapur. Kita perlu ingat bahwa bukan kodratnya perempuan  untuk  masuk  dapur,  karena  kegiatan  memasak  di  dapur tidak ada kaitannya dengan ciri-ciri biologis yang ada pada perempuan. Kegiatan  memasak  di  dapur  (atau  kegiatan  rumah tangga lainnya)  adalah suatu bentuk pilihan pekerjaan dari sekian banyak jenis pekerjaan yang bisa dilakukan oleh  perempuan  ataupun  laki-laki (misalnya guru, dokter, pegawai negeri, sopir, pedagang, dan lainnya). 

Selain itu, terminologi kesetaraan gender seringkali  disalahartikan dengan mengambil alih pekerjaan dan tanggung jawab laki-laki. Misalnya bekerja untuk mengangkat barang-barang yang berat, mengganti atap rumah, menjadi nelayan atau berburu di hutan dan lainnya.

 Peranan laki-laki dalam konstruksi sosial masyarakat tidak bisa dilepaskan dari sebuah status yang melekat dalam diri laki-laki tersebut. Status sendiri diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Peranan laki-laki, sesuai dengan konstruksi gender yang berlaku di masyarakat merupakan sebuah status yang diberikan oleh masyarakat atau assigned-status. Hal ini terjadi karena masyarakat, sebagai pemberi peran mengharapkan laki-laki sebagai seseorang yang mampu mengayomi keluarga, pemberi nafkah, dan sebagai pemimpin. Sebaliknya terjadi pada perempuan, yang diharapkan masyarakat sebagai seorang pengasuh anak, ibu rumah tangga dan pelayan suami yang baik.




Artikel kami menunjukkan bahwa gender dapat memiliki arti bertukar peran antara laki-laki dan perempuan. Artikel kami memiliki sebuah contoh gender yang terdapat di lingkungan sekitar. Beliau adalah seorang kepala keluarga yang bekerja sebagai pembersih jalan atau dikenal sebagai Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) tiap pagi dan tiap hari beliau bekerja beliau saat ini berusia 34, dan istri hanya ibu rumah tangga yang mengurus anak beliau yang sudah beranjak umur 5th. Di samping itu ketika beliau bekerja tiap hari , istri beliau bekerja sebagai penggulung perban yang mengambil bahan di rumah sakit yang kemudian di kerjakan di rumah. Anak beliau sekarang masih sekolah TK. beliau di tempat kerja mulai membersihkan jalan jam 05.00 pagi sampai jam 07.00 pagi. Lokasi beliau membersihkan di lingkungan sekitar dukuh kupang.

Pada pukul jam 9 siang beliau membersihkan daerah darmo satelit indah selesai, walaupun panas hujan beliau terjang demi anak istri dirumah meskipun. Badan terasa lelah dan lapar tetapi beliau menahan rasa lapar, memang begitu berat pekerjaan tetapi beliau jalani dengan sabar. Sebelum beliau bekerja di Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau beliau berjualan makanan di terminal joyoboyo setiap malam dan pulang subuh, terkadang anak beliau yang bernama fatir ikut menemani saya berjualan.

Ketika pada saat  jam 12.00 siang pembersihan terakhir , jam siang terkadang beliau bercerita memiliki rasa emosi sempat ketika pengendara  membuang sampah sembarangan di tengah jalan. Setelah jam 14.00 siang beliau absen pulang yang berada di kantor Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau di tanjung sari yang harus dilakukan inilah pekerjaan beliau setiap hari. Jika beliau sempat ada waktu setelah mengerjakan pekerjaan nya, beliau pun pulang ke rumah untuk mengurus anaknya untuk memandikan anaknya kemudian beliau mengantarkan anaknya mengaji.
Sumber: femalearticle.blogspot.com
Penulis: Erni

0 komentar:

Posting Komentar